Diabetes melitus, atau sering kita sebut dengan istilah “diabetes” saja, merupakan salah satu penyakit kronis yang jumlah penderitanya terus meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah dan bisa menimbulkan berbagai komplikasi serius apabila tidak ditangani dengan baik.
Namun, masih banyak masyarakat yang belum memahami secara menyeluruh tentang diabetes melitus, penyebabnya, gejalanya, dan cara deteksi dini. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap dan mudah dipahami tentang dua jenis utama diabetes melitus, perbedaannya, serta bagaimana mendeteksi dan mengelolanya sejak dini.
Apa Itu Diabetes Melitus?
Diabetes melitus adalah kondisi medis yang terjadi ketika tubuh tidak mampu mengontrol kadar gula (glukosa) dalam darah. Glukosa ini berasal dari makanan yang kita konsumsi dan berfungsi sebagai sumber energi utama tubuh. Untuk mengolah glukosa menjadi energi, tubuh membutuhkan hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas.
Masalahnya, pada penderita diabetes, produksi insulin tidak mencukupi atau insulin yang ada tidak bekerja secara efektif. Akibatnya, glukosa menumpuk dalam darah dan tidak terserap oleh sel tubuh.
Jenis-Jenis Diabetes Melitus
Secara umum, diabetes melitus dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu Diabetes Melitus Tipe 1 dan Diabetes Melitus Tipe 2.
1. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes tipe 1 adalah penyakit autoimun yang biasanya disebabkan oleh faktor genetik. Pada kondisi ini, sistem imun menyerang dan merusak sel-sel beta di pankreas yang memproduksi insulin. Akibatnya, tubuh sama sekali tidak memproduksi insulin.
Analogi sederhananya, insulin adalah seperti “kunci” yang membuka pintu masuk bagi glukosa ke dalam sel tubuh. Jika tidak ada insulin, maka glukosa tidak dapat masuk dan digunakan sebagai energi. Akibatnya, kadar gula dalam darah meningkat drastis.
DM tipe 1 umumnya terjadi pada usia muda, termasuk anak-anak dan remaja, dan memerlukan suntikan insulin seumur hidup.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemui. Berbeda dengan tipe 1, pada tipe ini tubuh masih memproduksi insulin, namun insulin tersebut tidak bekerja dengan optimal karena terjadi resistensi insulin. Bisa dikatakan, insulin ada tetapi seperti kunci yang bengkok—tidak bisa membuka pintu sel secara maksimal.
Penyebab utama diabetes tipe 2 adalah pola hidup tidak sehat, seperti:
- Konsumsi gula berlebihan
-
Kurangnya aktivitas fisik
-
Obesitas atau kelebihan berat badan
-
Gaya hidup sedentari (banyak duduk)
DM tipe 2 biasanya muncul pada usia paruh baya atau lansia, namun saat ini sudah banyak ditemukan pada usia muda akibat pola hidup yang buruk sejak dini.
Gejala Diabetes Melitus
Baik diabetes tipe 1 maupun tipe 2 memiliki gejala awal yang mirip, antara lain:
-
Polidipsia – Rasa haus yang berlebihan
-
Polifagia – Rasa lapar yang terus-menerus
-
Poliuria – Sering buang air kecil, terutama malam hari
-
Penurunan berat badan yang drastis – Meskipun makan banyak, berat badan justru turun
Gejala-gejala ini merupakan sinyal penting bagi kita untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.
Cara Mendeteksi Diabetes Secara Dini
Diagnosis diabetes melitus tidak cukup hanya berdasarkan gejala, tetapi juga perlu pemeriksaan laboratorium, antara lain:
1. Gula Darah Puasa (GDP)
Dilakukan setelah berpuasa selama minimal 10 jam. Kadar gula darah ≥126 mg/dL biasanya menunjukkan diabetes.
2. Gula Darah 2 Jam Setelah Makan (Postprandial)
Pemeriksaan ini dilakukan dua jam setelah makan. Kadar normal <140 mg/dL.
3. Gula Darah Sewaktu (Random)
Pemeriksaan ini bisa dilakukan kapan saja. Nilai ≥200 mg/dL disertai gejala klasik bisa mengindikasikan diabetes.
4. HbA1c (Hemoglobin A1c)
Pemeriksaan ini menunjukkan kadar gula darah rata-rata selama 2–3 bulan terakhir. Nilai ≥6,5% menunjukkan diabetes melitus. Ini adalah tes yang paling komprehensif.
5. Pemeriksaan Tambahan (khusus DM tipe 1)
Pemeriksaan autoantibodi dan C-peptide dapat membantu mendeteksi kerusakan pankreas dan membedakan tipe diabetes.
Pengobatan dan Manajemen Diabetes
Manajemen diabetes bergantung pada jenisnya:
Tipe 1
-
Terapi insulin wajib setiap hari
-
Pantauan gula darah harian
-
Diet sehat dan olahraga teratur
Tipe 2
-
Obat antidiabetik oral seperti metformin atau golongan sulfonilurea
-
Perubahan gaya hidup (diet rendah gula, olahraga, kurangi stres)
-
Jika memburuk, bisa memerlukan terapi insulin juga
Mengapa Deteksi Dini Penting?
Deteksi dini diabetes sangat penting karena banyak orang tidak sadar dirinya mengidap diabetes hingga komplikasi muncul, seperti:
-
Gangguan penglihatan (retinopati diabetik)
-
Gagal ginjal
-
Kerusakan saraf (neuropati)
-
Luka sulit sembuh (yang bisa berujung amputasi)
-
Serangan jantung dan stroke
Dengan deteksi dini dan kontrol yang baik, komplikasi tersebut dapat dicegah.
Kapan Harus Cek Gula Darah?
Segeralah periksa gula darah jika:
-
Anda mengalami haus dan lapar berlebihan, sering buang air kecil, dan berat badan turun
-
Memiliki riwayat keluarga dengan diabetes
-
Berusia di atas 30 tahun dan memiliki gaya hidup tidak sehat
-
Mengalami obesitas atau kegemukan
Pola Hidup Sehat untuk Cegah Diabetes
Meskipun memiliki faktor risiko genetik, diabetes dapat dicegah dengan pola hidup sehat:
-
Kurangi konsumsi gula dan karbohidrat olahan
-
Perbanyak konsumsi sayuran dan buah segar
-
Rutin olahraga 30 menit per hari
-
Kelola stres dengan baik
-
Istirahat cukup
-
Periksa gula darah secara berkala
Kesimpulan Singkat
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh gangguan produksi atau kerja insulin. DM tipe 1 biasanya disebabkan oleh faktor genetik dan memerlukan terapi insulin seumur hidup. Sementara itu, DM tipe 2 disebabkan oleh pola hidup tidak sehat dan bisa dicegah atau dikendalikan dengan perubahan gaya hidup dan obat oral.
Gejala seperti haus berlebihan, lapar terus-menerus, sering buang air kecil, dan penurunan berat badan harus diwaspadai. Pemeriksaan laboratorium seperti gula darah puasa, postprandial, dan HbA1c sangat penting untuk deteksi dini.
Pola hidup sehat dan pemeriksaan rutin adalah kunci utama dalam mencegah dan mengelola diabetes agar tidak berujung komplikasi berbahaya.
( Narasumber : dr.Christianto Tangkau )













Comment